Powered By Blogger

Rabu, 04 Januari 2012

BK


Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdaarkan norma-norma yang berlaku (SK Mendikbud No. 025/D/1995)
Bimbingan dan konseling merupakan  upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya. Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang penting untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara individu dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah dan memperbaiki perilaku.
Bimbingan dan konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam konteks  adegan mengajar yang layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi, melainkan layanan ahli dalam konteks memandirikan peserta didik. (Naskah Akademik ABKIN, Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal, 2007).
Merujuk pada UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebutan untuk guru pembimbing dimantapkan menjadi ’Konselor.” Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur  (UU No. 20/2003, pasal 1 ayat 6). Pengakuan secara eksplisit dan kesejajaran posisi antara tenaga pendidik satu dengan yang lainnya tidak menghilangkan arti bahwa setiap tenaga pendidik, termasuk konselor, memiliki konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan setting layanan spesifik yang mengandung keunikan dan perbedaan.
Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum, undang-undang atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya secara optimal (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual).
Dalam konteks tersebut, hasil studi lapangan (2007) menunjukkan bahwa layanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah sangat dibutuhkan, karena banyaknya masalah peserta didik di Sekolah/Madrasah, besarnya kebutuhan peserta didik akan pengarahan diri dalam memilih dan mengambil keputusan, perlunya aturan yang memayungi layanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah, serta perbaikan tata kerja baik dalam aspek ketenagaan maupun manajemen.
Layanan bimbingan dan konseling diharapkan membantu peserta didik dalam pengenalan diri, pengenalan lingkungan dan pengambilan keputusan, serta memberikan arahan terhadap perkembangan peserta didik; tidak hanya untuk peserta didik yang bermasalah tetapi untuk seluruh peserta didik. Layanan bimbingan dan konseling tidak terbatas pada peserta didik tertentu  atau yang perlu  ‘dipanggil’  saja”, melainkan untuk seluruh peserta didik.
Tujuan layanan bimbingan ialah agar siswa dapat :
  1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang.
  2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik secara optimal.
  3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya.
  4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk :
  1. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya.
  2. Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya,
  3. Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut
  4. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri.
  5. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat.
  6. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya.
  7. Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal. 

Fungsi Bimbingan dan Konseling
1.      Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang membantu peserta didik (siswa) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, siswa diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2.      Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah layanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para siswa dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).
3.      Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu siswa mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah layanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.
4.      Fungsi Perbaikan (Penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.  
5.      Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
6.      Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf,  konselor, dan guru  untuk menyesuaikan  program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan siswa (siswa). Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai siswa, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan siswa secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan  siswa.
7.      Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa (siswa) agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

Keterlaksanaan dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas berikut.
1.      Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.
2.      Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (konseli) mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang diperlukan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.
3.      Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (konseli). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri peserta didik yang menjadi sasaran layanan/kegiatan. Agar peserta didik dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahuu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
4.      Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.
5.      Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: peserta didik (konseli) sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi siswa-siswa yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian peserta didik.
6.      Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik (konseli) dalam kondisinya sekarang. Layanan yang berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.
7.      Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
8.      Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Selasa, 03 Januari 2012

Contoh Percakapan Konseli & Konselor


Contoh Kasus : Anak yang sering menyendiri/kurang bergaul
Konseli            : Asslamualaikum......
Konselor          : Wa’alaikumssalam......mari masuk Bapak/Ibu
Konseli            : Terima kasih, Bapak/Ibu
Konselor          : (bersalaman) mari silahkan duduk Bapak/Ibu
Konseli            : (duduk)
Konselor          : Apa kabar Bapak/Ibu?
Konseli            : Yaaaa..... seperti Bapak/Ibu lihat keadaan saya baik-baik
Konselor         : Baguslah kalau begitu, kiranya apa yang membuat Bapak/Ibu datang keruangan saya yang kumuh ini?
Konseli            : Begini Bapak/Ibu, saya mau tanya kenapa ya anak saya selalu menyendiri dan kurang bergaul dengan tema-teman sebayanya?
Konselor         : kemungkinan anak Bapak/Ibu sedang mengalami emosional yang cukup dalam seperti, frustasi, sedih, marah, kecewa ataupn malu, atau bisa jadi dia merasa rendah diri dan mungkin diperlakukan terlalu keras dirumah maupun disekolah. Keseharian anak Bapak/Iu dirumah bagaimana?
Konseli            : Aanak saya kalau dirumah seperti anak-anak yang lain, menonton TV, mengerjakan tugas rumah, kumpul bersama keluarga, dan kalau diruamh dia termasuk anak yang periang. Akan tetapi dia sulit untuk bermain dengan teman-temannya bahkan dia lebih memilih mengurung diri seharian dikamar
Konselor         : Sebaiknya Bapak/Ibu bicara langsung dengan anak bapak/Ibu, mungkin saja ada hal yang tidak dia sukai dari teman-temannya, dan jika itu ada ibu harus memberikan pengertian yang baik kepada dia.
Konseli            : Kalau seandainya anak saya tetap seperti itu apa yang harus saya lakukan?
Konselor         : Sebaiknya Bapak/Ibu mencobanya dulu, kita belum tau itu berhasil atau tidak, kalau belum mencobanya
Konseli            : (diam).....................
Konselor         : sebagai alternatif lain, misalnya ajak anak Bapak/Ibu disebuah kegiatan atau acara yang didalamnya terdapat anak-anak dan orang-orang yang berbeda sehingga anak Bapak/Ibu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Konseli            : Baiklah, terima kasih banyak, saya akan mencoba menjalan saran dari Bapak/Ibu. Tapi jika belum ada perubahan kita bisa bertemu an membahas masalah anak saya lagi kan?!
Konselor         : Iya terima kasih kembali, dengan senang hati saya akan membantu Bapak/Ibu
Konseli            : Kalo begitu, (bersalaman) Assalamuallaikum...
Konselor          : Wa’alaikumsalam...

SUPLEMEN GIZI PADA KEHAMILAN ZAT BESI DAN ASAM FOLAT

SUPLEMEN GIZI PADA KEHAMILAN
ZAT BESI DAN ASAM FOLAT

A.  Gizi Pada Kehamilan
Tujuan pengaturan gizi ada kehamilan adalah untuk memaksimalkan kesehatan ibu dan meningkatkan tumbuh-kembang bayi yang sehat. Kita tidak dapat menjamin bahwa pengaturan gizi yang optimal akan memebrikan hasil-akhir yang positif, tetapi keadaan malnutrisi dapat membawa akibat yang merugikan tumbuh-kembang janin (Eastwood, 1992). Berat badan lahir rendah dan penyakit yang terjadi pada usia yang labih lanjut sangat berkaitan dengan keadaan kurang gizi yang diderita ibu hamil (Barker at al, 1990). Di Inggris (UK), peningkatan asupan zat besi, zink, protein, dan vitamin B pada kehamilan pada trimester ketiga terbukti bermanfaat bagi para ibu hamil yang memeriksakan diri mereka kerumah sakit pendidikan di London (Haste at al, 1991). Pada banyak ibu hamil, asupan vitamin C-Nya mungkin pula dibawah standar optimal (Coutts, 2000). Pada masyarakat yang kurang mampu diperlukan suplemen kalori, protein, zat besi, asam folat, vitamin A, dan mungkin pula magnesium, znk serta kalsium untuk mencapai kondisikesehatan yang optimal pada ibu dan anak (Liljestrand, 1999; Makrides & Crowther, 200)
Penting untuk di perhatikan bahwa pemberian mikronutrien yang berlebihan terbukti juga dapat berbahaya. Sebagai contoh, pemberian vitamin A yang melebihi takaran harian 10.000 IU ternyata meningkatkan insidens malformasi, khususnya labioskizis, cacat jantung dan malformasi sistem saraf pusat (Rothman et al,1995).
Lingkungan yang terbaik yang mungkin mendukung tumbuh-kembang janin dan perkembangannya di kemudian hari adalah lingkungan di mana ibu berada dalam kondisi yang sehat, memiliki kebiasaan makan yang bijaksana dan memulai kehamilannya dengan simpanan nutrien yang adekuat didalam tubuhnya. Sebagian besar ibu dengan status gizi yang baik dan tampak aktif mempunyai simpanan vitamin dan mineral yang cukupdi dalam tubuhnya untuk memenuhi peningkatan kebutuhan nutrien tersebut selama kehamilannya. Akan tetapi gaya hidup akan berubah ke gaya hidup yang monoton dan asupan kalori menurun. Karena proporsi asupan zat besi berkaitan langsung dengan asupan kalori, status zat besi akan mengalami penurunan bersamaan dengan penurunan asupan kalori dengan demikian banyak ibu hamil tidak memiliki simpanan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan kehamilannya, khususnya jika pada saat melahirkan terjadi kehilangan darah yang banyak. Banyak ibu mungkin mengalami defisiensi vitamin dan mineral yang lainnya, khususnya asam folat. Populasi yang berisiko untuk mengalami keadan ini adalah para remaja, ibu dengan banyak anak yang jarak kelahiran anaknya sangat dekat, wanita dengan penyakit kronis seperti infesi saluran kemih atau infeksi parasit, pasien menoragia antenatal, melabsorpsi atau malaria, pemakai obat-obatan antiinflasi nonsteroid, wanita yang anoreksia atau yang memiliki riwayat kelainan dan wanita yang menggunakan abat-obat perangsang, tembakauatau alkohol dengan kuantitas yang cukup besar. Para ibu hamil dengan pendapatan yang sangat rendah mungkin tidak bisa memperoleh kalori yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi pada kehamilannya apalagi untuk memenuhi kebutuhan tambahan terhadap mikronutrien. Karena itu, sebagian pakar obstetri dan gizi merekomendasikan suplemen vitamin dosis rendah yang diberikan sejak periode prakonsepsi. Para vegetarian murni kemungkinan besar  akan memerlukan suplemen vitamin B12 dan D (Van Way, 1999; Coutts, 2000)

B.   Zat Besi
Zat besi merupakan mineral yang diperlukan oleh semua sistem biologi di dalam tubuh. Besi merupakan unsur esensial untuk sinteis hemoglobin, sintesis ketkolamin, produksi panas dan sebagai komponen enzim-enzim tertentu yang diperlukan utnuk produksi adenosin tirfosfatyang terlibat dalm respirasi sel. Zat besi disimpan dalam hepar, lien dan sum-sum tulang. Sekita 70% zat besi yang ada dalam tubuh berada di hemoglobin dan 3% nya berada dalam mioglobin (simpanan oksigen Intramuskuler). Difisiensi zat besi akan mengakibatkan anemia yang menurunkan jumlah maksimal oksigen yang dapat dibawa oleh darah. Seorang wanita yang mengalami anemia biasanya tampak sangat letih, kehilangan selera makannya dan merasa tidak mampu mengatasi berbagai masalah. Tanpa diobati, penyakit anemia dapat berlanjut kepada keadaan gagal jantung. Karena itu, kita harus menyadari bahwa gejala sesak napas dan takikardia dapat disebabkan oleh anemia dan tidak terlalu berhubungan dengan kehamilan ibu.
Pada orang yang sehat, kehilangan zat besi dari tubuh adalah 1-2 mg/hari. Zat besi yang hilang ini akan digantikan oleh asupan zat besi rata-rata/hari dinegara maju berkisar sekitar 15-20 mg. Sumber zay besi yang baik meliputi dahing merah, telur, jenis sayuran tertentu (seperti bayam) dan sereal atau biji-bjian yang utuh. Sebagian besar zat besi yang terdapat dalam makanan memiliki bentuk feri (Fe3+). Sekret lambung akan melarutkan zat besi dari makanan sehingga mempermudah proses reduksi menjadi bentuk fero (Fe2+). Proses ini merupakan proses fisiologi yang penting karena zat besi hanya dapa diserap dalam bentuk fero. Normalnya, penyerapan zat besi akan diatur dengan teliti sehingga jumlah zat besi yang diserap hanya cukup mengganti zat besi yang hilang. Tiga hingga sepuluh persen dari asupan zat besi setiap harinya akan diserap. Penyerapan ini terutama berlangsung dalam duodenum bagian proksimal tempat sel-sel mukosa mengatur efisiensi penyerapan zat besi.
Jumlah zat besi yang di serap akan bergantung pada sejumlah faktor seperti kandungan makanan, simpanan zat besi di dalam tubuh, kecepatan produksi sel darah merah dan apak pasien meminum suplemen zat besi atau tidak (Stables, 1999).
Jika simpanan zat besi di dalam tubuhnya rendah, penyerapan akan meningkat sampai 30% atau bahkan hingga 70% pada kehamilan yang lanjut ketika zat besi yang diekstraksi oleh sel-sel mukosa usus dengan proporsi yang lebih besar diangkut lewat mekanisme pembawa kedalam plasma darah. Bila di dalam tubuh simpanan zat besinya tinggi , sel-sel mukosa hanya mengangkut sejumlah kecil zat besi kedalam plasma. Di dalama plasma, zat besi akan terikat dengan protein pengangkut, yaitu transferin. Sebagian zat besi disimpan dalam sel sebagai feritin. Feritin merupakan bentuk simpanan zat besi di dalam jaringan, dan ditemukan dalam sel-sel yang melapisi usus, hati, lien serta sum-sum tulang. Pengukuran kadar feritin serum menghasilkan suatu indeks simpanan besi di dalam jaringan. Untuk memperbarui simpanan zat besi tersebut diperlukan asupan zat besi per oral yang kontinu selama beberapa bulan setelah konsetrasi hemoglobin diperbaiki (Smith, 1997).
Keseimbangan zat besi diatur penyerapannya; akan tetapi, tidak ada mekanisme yang sederhana untuk mengatur eliminasi zat besi. Eliminasi zat besi terutama bergantung pada rontoknya sel-sel mukosa yang melapisi usus. Karena itu, pemberian zat besi yang berlebihan pada orang rentan akan menimbulkan kelebihan beban zat besi yang dinamakan hemosiderosis/hemokromatosis. Di Eropa terdapat 12-13 persen wanita yang heterozigus (glosarium) dan 0,3-0,5 persen yang hozigus (glosarium) untuk gen hemokromatosis. Jika para wanita ini mengkonsumsi zat besi (dalam bentuk tablet) dengan dosis yang tinggi, mereka dapat mengalami kelebihan zat besi yang akan merusak hati dan pangkreas (Milman et al, 1999). Beberapa penyelidikan yang dilakukan baru-baru ini menunjukan bahwa gen-gen ini meningkatkan kerentanan terhadap kelebihan beban zat besi pada gagal ginjal (Fernandez, 2000).

1.    Zat Besi Pada Kehamilan
Ekstra zat besi diperlukan pada kehamilan. Kebutuhan zat besi pada kehamilan dengan janin tunggal adalah:

200-600 mg untuk memenuhi peningkatan massa sel darah merah;
200-370 mg untuk janin yang bergantung pada berat lahirnya;
150-200 mg untuk kehilangan eksternal;
30-170 mg untuk tali pusat dan plasenta;
90-310 mg untuk menggantikan darah yang hilang saat melahirkan.

Dengan demikian, kebutuhan total zat besi pada kehamilan berkisar antara 580-1340 mg, dan 440-1050 mg diantaranya akan hilang dalam tubuh ibu saat melahirkan (Hilman, 1996).
Untuk mengatasi kehilangan ini, ibu hamil memerlukan rat-rata 3,5-4 mg zat besi per hari. Kebutuhan ini akan meningkat secara signifikan dalam trimester terakhir, yaitu rata-rata 2,5 mg/hari pada awal kehamilan menjadi 6,6 mg/hari (Letsky & Warwick, 1994). Zat besi yang tersedia dalam makanan berkisar dari 0,9 hingga 1,8 mg/hari dan ketersediaan ini tergantung pada kecukupan dietnya. Karena itu, pemenuhan kebutuhan pada kehamilan memerlukan mobilisasi simpanan zat besi dan absorbsi zat besi. Meskipun absorbsi zat besi meningkat cukup besar selama kehamilan (Barret et al, 1994), namun bila kehamilan satu dengan yang lain memiliki jarak yang cukup dekat dan/atau bila simpnan zat besinya rendah, maka asupan zat besi cukup hanya dapat dipenuhi lewat suplementasi. Hanya pada keadaan yang sangat ekstrem, bayi akan lahir dengan defisiensi zat besi. Laktasi juga meningkatkan kebutuhan zat besi; jika seorang ibu mengalami penipisan zat besi postpartum, bayinya mungkin memerluan terapi profiklasis zat besi. Bayi dengan berat lahir yang rendah, khususnya yang dilahirkan lewat bedah Caesar, dapat membutuhkan suplemen zat besi. Anemia pada anak-anak pernah disertai dengan kesulitan perilaku dan belajar (Hillman, 1996).

2.    Anemia Pada Kehamilan
Meskipun kebutuhan harian zat besi mengalami peningkatan pada kehamilan, suplementasi rutin zat besi biasanya tidak diperlukan jika wanita tersebut tampak aktif, memiliki gizi yang baik dan makan makanan bergizi seimbang. Namun demikian, kekurangan zat besi merupakan penyakit defisiensi zat besi, teblet oral suplemen zat besi dapat diberikan karena tidak ada bukti bahwa pemberian suplemen tersebut dengan dosis terapeutik akan membahayakan janin yang sedang tumbuh.
Diperkirakan ada 40 persen wanita Eropa yng simpanan zat besinya kurang untuk menyelesaikan kehamilan serta kelahiran anaknya, dan separuh diantaranya mengalami anemia (Milman et al, 1999). Kadar hemoglobin dibawah 8 gram/100 ml pernah disertai dengan peningkatan risiko ensefalopati neonatal dinegara-negara berkembang (Ellis et al, 2000). Konsentrasi feritin serum yang rendah, khususnya dalam trimester pertama, pernah berkaitan dengan peningkatan vaskularisasi serta ukuran plasenta, retardasi pertumbuhan intrauteri dan berat lahir yang rendah (Hindmars et al, 2000).
Diagnosis pada kehamilan akan dipersulit oleh perubahan normal pada indikator hematologi:

Ø Sintesis transferin (protein pengangkut) meningkat sehingga terjadi penurunan saturasi transferin
Ø Produksi feritin (bentuk sipanan zat besi) menurun, Hasil pengukuran dibawah 12 kg/liter dianggap sebagai indikasi defisiensi zat besi pada kehamilan (:ong, 1995; Milman et al, 1999) (kadar pada wanita dewasa yang tidak hamil berkisar 15-200 mikrogram/liter). Akan tetapi, Barret et al (1994) melaporkan adanya hasil pengukuran yang rendah, yaitu 4 mikrogram/liter, pada kehamilan lanjut tanpa gejala klinik yang membuktikan adanya anemia.
Ø Hemodilus meningklat; sirkulasi darah menjadi dua kali lipat, semnetara masaa sel darah merah meningkat sebesar 25%. Pada kehamilan lanjut, nilai hemoglobin antara 9,6 dan 14,5 g/100 ml dianggap berada dalam batas-batas normal (Milman et al, 1999). Namun demikian, kriteria yang lebih ketat lagi harus diambil pada wanita yang merokok atau hidup di tempat tinggi (Van Way, 1999).

Tablet Zat Besi
Tablet sulfas ferosus yang dikeringkan merupakan preparat yang paling sering diberikan di Inggris (UK) karena tablet ini dianggap sama efektifnya seperti produk lainnya dan juga lebih murah. Tablet fero fumarat mengandung zat besi dengan proporsi yang sama dan memberikan efek samping yang lebih sedikit. Teblet fero glukonas mengandung zat besi dengan jumlah yang lbeih sedikit dan akibatnya lebih jarang menimbulkan efek samping gastrointestinal (Malseed et al, 1995).

3.    Bagaimana Tubuh Menangani Zat Besi
Absorpsi zat besi mengalami peningkatan jika terdapat asam di dalam lambung. Keberadaan asam ini dapat ditingkatkan dengan:

Ø Minum tablet zat besi dengan makan aging atau ikan yang menstimulasi produksi asam lambung;
Ø Memberikan tablet zat besi bersama tablet asam askorbat (Vitamin C) 200 mg atau bersama jus jeruk;
Ø Memberikan tablet zat besi bersama alkohol (pada kehamilan tidak dianjurkan)

Vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air dan jarang bertumpuk di dalam tubuh. Akan tetapi, gangguan vitamin C dengan dosis inggi dapat menyebabkan batu ginjal atau memicu krisi sel sabit pada orang yang rentan. Hasil pemeriksaan glukosa dapat dikaburkan dengan menggunakan vitamin C dosis tinggi. Karena itu, dosis 200 mg hingga maksimal 500 mg/hari merupakan disis yang dianjurkan diberikan bersama teblet zat besi (Spencer et al, 1993b). Aklorhidria relatif (glosarium) pada kehamilan tidak dilaporkan sebagai keadaan yang menganggu absorpsi zat besi. Kendati demikian, sebagian wanita dengan defisiensi zat besi tidak memebrikan respon terhadap tablet oral zat besi. Usus hanya mampu menyerap 40-60 mg zat besi/ har, bahkan pada penderita anemia paling berat sekalipun. Dosis yang lebih tinggi hanya meningkatkan efek samping gastrointestinal.

4.    Efek Samping Terapi Zat Besi
Peningkatan absorpsi zat besi dapat meningkatkan intensitas efek samping yang dialami pasien (Smith, 1997).

Efek Samping Gastrointestinal
Suplemen oral zat besi dapat menyebakan mual, muntah, kram lambung, nyeri uluhati dan konstipasi (kadang-kadang diare). Namun, derajat mual yang ditimbulkan oleh setiap preparat bergantung pada jumlah elemen zat besi yang diserap. Takaran zat besi diatas 60 mg (200 mg sulfas ferosus kering) dapat menimbulkan efek samping yang tidak bisa diterima pada ibu hamil sehingga terjadi ketidak patuhan dalam pemakaian obat (shatrugna et al, 1999)

Minum tablet zat besi pada saat makan atau segera sesudah makan dapat mengurangi gejala mual yang menyertainya tetapi juga akan menurunkan jumlah zat besi yang absorpsi. Demikian pula,banyak makanan akan berinteraksi dengan zat besi bila mineral ini diminum dalam waktu dua jam.

Perubahan warna pada feses dan urine dapat terjadi. Kepada wanita yang menggunakan teblet zat besi harus diingatkan bahwa tinjanya dapat menjadi hitam selama menejalani terapi zat besi. Keadaan ini dapat menutupi setiap perdarahan gastrointestinal.

Defisiensi Mikronutrien
Absorpsi zink dan kalsium dapat menurun dengan pemebrian tablet zat besi. Difisiensi zink pernah disertai dengan anemia, absorpsi folat yang jelek, retardasi pertumbuhan intrauteri, partus prematur, berat lahir rendah dan kesembuhan luka yang buruk (Long, 1995; Mahmood, 2000). Gangguan keseimbangan zink lebih cenderung terjadi pada vegetaria, perokok dan peminum berat. Akan tetapi, suplementasi zink yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi lambung, aterosklerosis dan anemia yang terjadi sekunder karena defisiensi temabaga (Barret et al, 1994).
Zat besi dapat meningkatkan kebutuhan terhadap mikronutrien yang lain dengan menstimulasi pembentukan sel darah merah yang juga meningkatkan kebutuhan tubuh akan asam folat. Makrositosis (glosarium) pernah dilaporkan (Barret et al, 1994).

5.    Kelebihan Zat Besi
Hasl akhir yang merugikan pada kehamilan lebih cenderung terjadi bila kadar hemoglobin ibu turun segingga berada diluar kisaran 10,4-13,2 g/100 ml. Kadar hemoglobin akan meningkatkan viskositas darah, dan peninkatan viskositas ini akan mengganggu aliran dara pada plasenta serta merupakan predisposisi untuk timbulnya koagulasi (long, 1995). Sekitar 12-13 persen  wanita mungkin rentan terhadap kelebihan muatan zat besi.

6.    Interaksi Obat-zat Besi
Walaupun minuman seperti jeruk, alkohol dan makanan seperti ikan akan membantu absorpsi zat besi, makanan lainnya seperti telurdan sejumlah produk sereal yang mengandung fitat dapat mengganggu penyerapan zat besi. Teh akan mengurangi penyerapan zat besi sebanyak dua kali lipat dibandingkan kopi (Barret el al, 1994). Teh hitam merupakan jenis yang terutama cenderung mengganggu penyerapan besi.
Efek antihipertensi yang dimiliki metildopa akan dibawa oleh zat besi. Pemberian kedua preparat ini harus di pisah dengan selang waktu dua jam. Jika pemantauan tekanan darah menunjukan timbulnya kembali hpertensi, preparat alternatif antihipertensi yang lain harus dipertimbangkan.

7.    Penyimpanan
Penyimpanan tablet zat besi harus dipertimbangkan dengan seksama karena preparat ini sangat berbahaya (bahkan fatal) bila diminum dengan dosis yang belebihan. Dosis sampai 2 gram zat besi (30 butir tablet sulfas ferosus kering @ 200 mg)dapat berakibat fatal pada anak-anak. Kecelakaan ini terjadi jika anak yang baru belajat berjalan memakan teblet zat besi miliki ibunya. Rujukan segera ke unit gawat darurat untuk mendapatkan antidot (desferioksamin) dapat menyelamatkan jiwa anak.

8.    Formula Zat Besi yang Lain
Zat Besi Dalam Bentuk Cair
Zat bes dalam bentuk cair lebih mudah diserap daripada bentuk tabletnya, tetapi formula ini bisa menodai gigi.

Zat Besi Parenteral
Zat besi parenteral kadang-kadang digunakan pada wanita dengan kelainan gastrointestinal (mis. Kolitis useratif) atau pada wanita yang tidak dapat menyerap atau menelan tablet zat besi karena sebab lain. Mengingat resiko hipersensitivitas yang tinggi pada preparat parental ini, tes sensivitas harus dilakukan lebih dahulu (Ostrow & McCoy, 1998). Reaksi anafilaksis dapat terjadi dalam waktu sampai 24 jam sesudah penyuntikan (Mckenry & Salerno, 1998).

9.    Kesimpulan
Salah satu tujuan parawatan antenatal adalah untuk mengindentifikasi ibu hamil beresiko, termasuk yang menghadapi resiko anemia. Setiap ibu hamil harus diperiksa secara sendiri dengan mengukur kadar feritin serum dan anamnesis riwayat medisnya untuk membedakan perubahan fisiologis pada kehamilan dengan defisiensi mikronutrien (Engstrom & Sittler, 1994). Suplementasi zat besi diatas 70 mg/hari (300 mg sulfas ferosus kering) jarang diperlukan pada kehamilan, dan dengan dosis ini, kecil kemungkinan akan timbul efek samping yang mengganggu (Milman et el, 1999).

C.  Asam Folat
Satu-satunya suplemen yang dianggap sesensial bagi semua ibu hamil di Inghris (UK) adalah asam folat yang menurunkan insidens defek neural tube sebesar 50-70 persen (Daly et el, 1997). Pemebrian asam folat didsarkan pada bukti dari sejumlah penelitian penting yang meliputi beberapa uji-klinis terkontrol acak(Hibbard & Smithells, 1965; Smithells et al, 1980; Laurence et al, 1981; MRC Vitamin Study Research Group, 1991; Czeizel & Dudas, 1992). Penelitian awal ini menghasilkan bukti yang meyakinkan kendati tidak sepenuhnya konklusif tentang manfaat suplementasi asam folat. Keputusan untuk melajutkannya dengan penelitian acak yang lebih luas sebagian berdasarkan pada kesulitan dalam pelaksanaan randomisasi (pengacakan) dalam penelitian awal. The Medical Research Council Study merekrut 1817 wanita dengan riwayat kehamilan dipersulit oleh defek neural tube, dan kemudian mengacak mereka untuk mendapatkan asam folat (4 mg), suplemen vitamin lainnya, kombinasi keduanya atau tidak mendapatkan satupun dari kedua suplemen tersebut. Pada tahun 1991, defek neural tube telah terjadi pada 27 kehamilan, yaitu enam pada kelompok asam folat dan 21 pada kelompok lainnya; hasil ini dianggap sebagai bukti statistik yang signifikan untuk menghentikan uji-klinis tersebut. Czeinel & Dudas (1992) mengacak lebih dari 4000 orang wanita yang merencanakan kehamilan untuk mendapatkan suplemen mineral atau asam folat(0,8 mg), dan menemukan secara signifikan insidens defek neural tube yang lebih rendah pada mereka yang mendapatkan asam folat (0 versus 6p. = 0,02). Bukti adanya peranan protektif pada jenis-jenis malformasi lain, seperti palatokizis dan defek traktus urinarius merupakan bukti yang penting tetapi kurang memberikan dorongan (Werler et el, 1999).
Pada manusia, asam folat merupakan unsur esensial untuk pembentukan timidin yang merupakan komponen DNA. Tanpa asam folat akan terjadi gangguan pembelahan sel yang mempengaruhi embrio dan pembentukan sel-sel darah. Selama kehamilan, kebutuhan pada asam folat meningkat dua kali lipat dan tetap tinggi pada masa laktasi (Hilman, 1996).
Untuk membantu mencegah kajadian pertama defek neural tube, kepada semua wanita harus dianjurkan untuk minum suplemen 400 mikrogram asam folat perhari sejak saat meraka berencana untuk hamil (sedikitnya 12 minggu sebelum pembuahan) hingga akhir trimester pertama. Memulai suplementasi sebelum minggu ketujuh akan memberikan keuntungan yang signifikan (Ulrich et al, 1999). Wanita yang belum minum suplemen asam folat ketika menyadari kehamilannya harus segera memulai menggunakan suplemen dan melanjutkan pemakaiannya paling tidak sampai kehamilan minggu ke-12 (BNF, 2000).
Kepada wanita yang mungkin menjadi hamil dan sebelumnya pernah melahirkan seorang anak dengan defek neural tube atau memiliki sanak famili derajat-pertama dengan masalah ini harus disarankan untuk minum suplemen asam folat  dengan dosis 5 mg (yang dikurangi mejadi 4 mg jikatersedia preparat yang sesuai) selama periode waktu yang sama (BNF, 2000). Suplemntasi asam folat akan disertai dengan kadar feritin serum serta hemohlobin yang lebih tinggi dan penurunan risiko anemia (Hindmarsh et al, 2000).

1.    Reaksi yang Merugikan
Efek samping atau reaksi yang merugikan yang menyertai pemberian asam folat sangat jarang terjadi . maslah yang paling sering ditemukan dalam obstetri adalah peningkatan resiko konvulsi pada wanita yang menderita epilepsi. Wanita ini dikeluarkan dai percobaan mayor terhadap asam folat (MRC, 1991). Wanita yang berisiko tinggi untuk mengalami anemia pernisiosa harus menjalani pemeriksanaan kadar vitamin B12 dalam serum darahnya sesegera mungkin untuk menyingkirkan keadaan yang berpotensi sangat mengganggu kesehatan tetapi dapat diobati. Jika diberikan pada penderita anemia perniosiosa, suplemen asam folat khususnya dengan dosis tinggi akan menutupi tanda dengan gejala kelainan yang progresif ini (Anemia dan Glositis) sehingga degenerasi neurologis yang menyertai kelainan tersebut berlangsung tanpa diketahui (BNF, 2000). Bahaya menutupi gejala anemia pernisiosa ini merupakan salah satu alasan mengapa otoritas kesehatan tidak tersedia untuk melakukan fortifikasi roti dan sereal dengan asam folat. Anemia pernisiosa terutama menganai wanita dengan usia yang lebih lanjut, tetapi kadang-kadang pula terjadi pada wanita dengan riwayat kelainan ini yang kuat dalam keluarganya. Asam folat dapat menimbulkan perubahan warna urine yang tidak berbahaya, yaitu warna urine menjadi kuning.

2.    Interaksi Obat Dengan Asam Folat
Absorpsi asam folat akan menurun dengan penggunaan kontrasepsi oral, isoniazid, sikloserin, glutetimid, dan di perkuat dengan pemberian vitamin C.
Kerja asam folat akan dilawan oleh beberapa preparat antiepilepsi (karbamazepin, fenitoin, barbiturat, primodon). Jika simpanan folat dalam tubuh diperbarui, eliminasi pereparat entiepilepsi akan meningkat dan peningkatan ini berisiko untuk terjadinya kembali serangan epilepsi. Wanita yang menjalani antiepilepsi harus berkosultasi dengan dokter yang merawatnya sebelum memulai terapi asam folat, karena beberapa kasus, suplemen tersebut dapat menurunkan kadar obat antikonvulsan sehingga pengendalian atas serangan kejang mungkin menjadi hilang (Sockley,  1999).

3.    Kesimpulan
Diperkirakan suplemen asam folat akan mencegah terjadinya sekitar seribu kasus defek neural tube setiap tahun (Wald & Rower, 1995). Suplementasi asam folat prakonsepsi dalam bentuk tablet sudah dianjurkan bagi semua wanita di Inggris ( UK ) sejak tahun 1993, karena pemberian bentuk tablet ini merupakan cara yang paling efektif untuk meningkatkan ketersediaan asam folat didalam tubuh (Cuskelly et al, 1996). Asam folat dalam makanan dapat di hancurkan dalam proses memasak makanan tersebut, dan vortifikasi universal asam folat pada makanan berisiko untuk menutupi tanda bukan neurologis pada anemia pernisiosa ( Daly et al, 1997 ). Namun demikian, tindakan menyarankan suplementasi tersebut kepada para wanita dalam periode prakonsepsi dan selama empat minggu pertama kehamilan memberikan kesulitan dala pelaksanaanya (Mathews et al, 1998).
   Selama tahun 1980-an, insidens defek neural tube mengalami penurunan dari 45 per 10.000 kelahiran menjadi 18 per 10.000 kelahiran (di seluruh kerajaan Inggris (UK)). Akan tetapi, suplementasi asam folat diseluruh dunia hanya direkomendasikan dalam tahun 1993 sesudah berlangsungnya Medical Research Council Trial yang hasilnya dipublikasikan dalam tahun 1991. Sampai sekarang tidak jelas mengapa rekomendasi suplementasi asam folat tidak menurunkan lebih lanjut insidens defek neural tube di Inggris (UK) (Abramsky et al,  1999).